Jumat, 28 November 2008

Designerpreneur

Entrepereneur adalah kata yang sering kita lihat atau kita dengar, baik di televisi maupun di radio bahkan juga di spanduk atau selebaran yang menawarkan pelatihan. Sekarang banyak kata atau istilah yang dihubungkan dengan kata entrepreneur seperti Mompreneur, muslimpreneur,.. dan yang terakhir yang saya dengar adalah Designpreneur! Sangat menarik untuk dibahas disini, karena selama ini saya sehari-hari bergelut dengan dunia desain. Menjenuhkan memang, tapi selama ini masih bisa disiasati. Yang menarik disini adalah berbicara masalah value atau nilai, yang memang sering kita lupa atau kita lupakan. Untuk beralih dari desainer ke designpreneur masalah value ini harus kita perhatikan sekali. Menurut salah seorang pakar desain dan juga seorang dosen Desain Grafis di Jakarta Mendiola B. Wiryawan bahwa value ini sangat berhubungan dengan brand dan branding. …Desainer atau perusahaan desain harus melakukan Branding, sebuah harga mutlak! Desainer harus menciptakan sebuah nilai. Inilah yang saya kira menjadi dasar seorang designpreneur! Designpreneur adalah desainer yang bisa menciptakan nilai, terutama nilai ekonomi!

Lalu bagaimanakah sesuatu bisa mempunyai value?

Desainer pada dasarnya memang adalah seorang pencipta keindahan, dan keindahan inilah sebuah nilai. Nilai keindahan ini bisa diterjemahkan ke dalam nilai kepuasan, pencapaian diri, nilai ekonomi, dsb. Tapi seringkali nilai ini berbeda antara desainer dan klien, yang menyebabkan tidak akurnya klien dan desainer. Desainer menyalahkan klien tidak punya taste, kampungan, sok tahu. Klien menyalahkan desainer sok jual mahal (“Kerjain gini gua juga bisa”), keras kepala, tidak bisa diatur, sok tahu. Sebenarnya dari masalah tadi terlihat jelas bahwa masalah sebenarnya bukan pada objek desain karya desainer. Di balik hubungan desainer dan klien banyak hal yang mengarah pada berbedanya standar nilai dari desainer dan klien. Ada perbeedaan harapan antara desainer dan klien. Seorang desainer atau perusahaan desain hebat yang sanggup menempatkan diri di posisi teratas dalam bisnis adalah desainer yang sanggup mengkomunikasikan nilai, baik nilai dirinya maupun perusahaannya, dan mampu menerjemahkan nilai tadi menjadi bahasa yang sama dengan kebutuhan klien. Untuk itulah diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap harapan ’nilai’ ini dari kedua belah pihak. Demikian lanjut pendapat Mendiola B. Wiryawan.

Rabu, 26 November 2008


Kadang sesuatu yang baru itu membuat kita semangat. Suatu ketika saya ngobrol dengan rekan-rekan magang ditempat kerja, ketika itu yang diperbincangkan adalah masalah yang sebenarnya tidak berhubungan dengan masalah desain grafis. Maklum kita terlalu jenuh sehari-hari bergelut dengan desain melulu. Ada yang terucap dari rekan magang yang menarik perhatian saya "SketchUp" yang terus terang saya baru mendengarnya. Apa lagi ketika rekan magang tersebut membicarakan kelebihan dan kemudahan software 3D tersebut. Dalam hati saya "inilah yang saya cari", dan sangat berhubungan dengan profesi desain dan arsitektur. Langsung saja semangat ini begitu bergelora... Yang kebayang adalah searching di Google....
Tidak sampai sehari... Software SketchUp telah saya dapatkan, dari download gratis di Google.
Dan tidak sampai seminggu, Alhamdulillah software tersebut telah saya kuasai, dan ternyata membuat semangat itu muncul kembali. Dan memang sesuatu yang baru dan menantang membuat kita semangat dan mendapatkan ilmu baru. Ayo semangat..........