creativecalligraphy
Membangkitkan semangat berkarya dan terus berkarya......... menjadikan kreatifitas sebagai tangga menuju sukses...............
Kamis, 05 Mei 2011
Selasa, 30 November 2010
Senin, 22 November 2010
Rabu, 17 November 2010
Minggu, 20 Juni 2010
Ruko 3 D dengan SketchUp
Telah lama saya impikan bagaimana mewujudkan gambar dua dimensi menjadi 3 dimensi dengan mudah dan tidak ribet.... ternyata dari software yang kata orang sederhana ini menghasilkan yang luar biasa. SketchUp telah memudahkan saya bermain-main dengan tiga dimensi.....
Sabtu, 27 Desember 2008
Jumat, 28 November 2008
Designerpreneur
Entrepereneur adalah kata yang sering kita lihat atau kita dengar, baik di televisi maupun di radio bahkan juga di spanduk atau selebaran yang menawarkan pelatihan. Sekarang banyak kata atau istilah yang dihubungkan dengan kata entrepreneur seperti Mompreneur, muslimpreneur,.. dan yang terakhir yang saya dengar adalah Designpreneur! Sangat menarik untuk dibahas disini, karena selama ini saya sehari-hari bergelut dengan dunia desain. Menjenuhkan memang, tapi selama ini masih bisa disiasati. Yang menarik disini adalah berbicara masalah value atau nilai, yang memang sering kita lupa atau kita lupakan. Untuk beralih dari desainer ke designpreneur masalah value ini harus kita perhatikan sekali. Menurut salah seorang pakar desain dan juga seorang dosen Desain Grafis di Jakarta Mendiola B. Wiryawan bahwa value ini sangat berhubungan dengan brand dan branding. …Desainer atau perusahaan desain harus melakukan Branding, sebuah harga mutlak! Desainer harus menciptakan sebuah nilai. Inilah yang saya kira menjadi dasar seorang designpreneur! Designpreneur adalah desainer yang bisa menciptakan nilai, terutama nilai ekonomi!
Lalu bagaimanakah sesuatu bisa mempunyai value?
Desainer pada dasarnya memang adalah seorang pencipta keindahan, dan keindahan inilah sebuah nilai. Nilai keindahan ini bisa diterjemahkan ke dalam nilai kepuasan, pencapaian diri, nilai ekonomi, dsb. Tapi seringkali nilai ini berbeda antara desainer dan klien, yang menyebabkan tidak akurnya klien dan desainer. Desainer menyalahkan klien tidak punya taste, kampungan, sok tahu. Klien menyalahkan desainer sok jual mahal (“Kerjain gini gua juga bisa”), keras kepala, tidak bisa diatur, sok tahu. Sebenarnya dari masalah tadi terlihat jelas bahwa masalah sebenarnya bukan pada objek desain karya desainer. Di balik hubungan desainer dan klien banyak hal yang mengarah pada berbedanya standar nilai dari desainer dan klien.